“Insya Allah aman,Bu. Hanya berupa sungai
kecil di sawah. Adanya ikan kecil-kecil. Tidak sampai ada lubang atau arus
deras,” jawab saya menenangkan.
“Iya sudah, tetap hati-hati ya, biar
Azmi tidak kenapa-kenapa,” pesan nenek Azmi ini.
Saya ceritakan perbincangan tadi dengan
suami saya.
“Ibu terlalu khawatir. Lupa dulu
bagaimana anaknya ini berpetualang,” komentar suami saya kalem.
“Apalagi
Azmi anak cowok, perlu merasakan pengalaman yang berbeda. Beruntung di sebelah
masih ada persawahan, jadi masih bisa dieksplor nuansa alaminya,” tambah saya.
“Biar makin terlatih kemampuan
motoriknya,” suami saya tersenyum geli.
Azmi
yang masih empat tahun itu terlihat sumringah
membawa jaring ikan. Ditemani Aryo yang tujuh tahun berangkat ke sawah di
samping rumah saya. Mereka berbekal dua jaring dan satu timba kecil.
“Mas
Aryo nanti lihat Dek Azmi ya, jangan boleh lari-lari cari ikannya, ” pesan saya.
“Iya,
Bunda,” jawab Aryo anak tetangga. Aryo juga memanggil saya Bunda.
“Mas
Azmi, hati-hati ya, cari ikannya,” pesan saya pada Azmi. Azmi mengangguk dan
langsung berlari keluar rumah. Dari jendela rumah saya lihat mereka telah
sampai di sungai kecil yang mengalir ke sawah. Azmi mengikuti Aryo. Saya
berlari menyusul ingin melihat langsung.
Saya teringat masa kecil saya dulu, saya
tinggal di desa dengan hamparan sawah di sekeliling rumah. Saat musim hujan,
air meluber ke pematang-pematang sawah. Saya dan teman-teman janjian sepulang
sekolah mencari belut dan keong. Petualangan dimulai. Sepanjang jalan menuju
sawah kami mampir di pohon jambu, mangga atau juwet. Walaupun kemi segerombolan
anak perempuan, kami tidak ragu-ragu memanjat pohon mengambil buah. Timba-timba
yang kami bawa dari rumah sebagian telah terisi buah-buahan tersebut. Kami
tidak mencuri. Karena pohon-pohon tersebut milik kakek atau orang tua salah
satu dari kami.
Saat mencari belut atau keong di sawah milik
orang tua saya, baju saya dan teman-teman basah dan berlumpur. Keong sudah kami
dapatkan sebanyak satu timba. Hanya belutnya belum satupun kami dapatkan.
Pulanglah kami ke rumah saya. Bersama ibu saya, kami memasak keongnya menjadi
tumis keong. Kenangan ini begitu lekat di memori otak saya. Memori yang membuat
saya merasa hidup ini adalah "milikku", saya bebas melakukan apapun. Apa yang
saya lakukan membuat saya senang, teman-teman ceria dan orang tua tersenyum.
Inilah rasanya telah menjadi pondasi yang kuat untuk kehidupan saya selanjutnya. Kepercayaan
diri mengambil keputusan dan menikmati sumber daya yang saya miliki.
Mempengaruhi orang lain dan berusaha menjadi pusat perhatian agar bisa merubah
dan berbagi. Seperti cerita-cerita di balik noda lainnya yang begitu jelas memberikan inspirasi bagi para orang tua agar berani memberikan kebebasan bertanggung jawab bagi para buah hatinya.
Pada
Azmi, saya terapkan hal yang sama. Di masa “golden
period” sekarang biarlah dia mendapatkan haknya membangun pondasi terkuat
dalam hidupnya. Kebebasan memiliki dunianya, karena kelak dia akan hidup di
zaman yang berbeda dari zaman yang saya hadapi sekarang ini. Sebagai orang tua
saya bertugas memberikan kesempatan terindah tanpa kekangan.
Bukankah
dulu Nabi Muhammad SAW semasa kecil sudah memiliki aktivitas bebas
menggembirakan, yaitu menggembalakan kambing di padang rumput di usia tujuh
tahun. Beliau bebas menikmati kehidupannya di alam luas. Masa kecil adalah masa
terbentuknya pondasi terkuat untuk menghadapi kehidupannya kelak. Pondasi itu
harus dibangun dalam suasana bebas menggembirakan tanpa kekangan.
Sepulang cari ikan, badan Azmi kotor,
bajunya belepotan lumpur, baunya tidak
sedap dan nafasnya tersengal-sengal. Waktunya mandi lalu ganti baju. Makan lalu
minum susu. Subhanallah... rangkaian aktivitas yang sangat membahagiakan.
Ikan yang diperoleh dimasukkan dalam
kolam di belakang rumah. Pembelajaran berikutnya adalah perhatian dan
kepedulian. Perhatian terhadap kehidupan ikan-ikannya dan peduli dengan
kebersihan air kolamnya dengan teratur memberi makan ikan dan menguras air
kolam. Hal ini terasa mudah karena adanya kolam di belakang rumah adalah
permintaan Azmi sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar