20 Jan 2013

IT'S SWEET BUT TOXIC



IT’S SWEET BUT TOXIC
Azmi anak sulung saya belum pulang dari PAUDnya. Umurnya dalam masa golden period, 3 tahun 4 bulan. Lucu, cerdas, energik, banyak mau, dan tentu saja kadang meresahkan jika sudah membuat ulah diluar kontrol. Biasa, dia cari pehatian.
Nah, itu suaranya , “Bundaaa!” Azmi menenteng tasnya semangat. Tasnya menggelembung. Hmmm ada isi apa gerangan? Saya buka. Astagfirllah! Sebungkus snack dan permen dalam plastik warna-warni. O... ow! It’s sweet but toxic ! Langsung saya telpon guru PAUD Azmi, Bu Alimah. Ternyata itu bingkisan ulang tahun dari temannya. Saya berpesan agar tidak usah memberi chiki, permen dan sejenisnya kepada Azmi lagi. Bu Al mengerti. Lalu saya membagi informasi kepada Bu Al efek negatif chiki dan permen via SMS. Tak disangka Bu Al malah mengundang saya mengisi sesi parenting di PAUD.
Bagaimana orang tua seperti saya tidak dag dig dug dier, melepas anak keluar rumah. Ada berbagai hal yang mengancam kesehatan fisik dan mental anak di luar kendali saya. Termasuk jajanan tadi. Orang tua teman Azmi dan ibu guru bermaksud baik, ingin berbagi kebahagiaan dengan anak-anak lain. Caranya memberi jajanan. Apa jajanan yang disukai anak-anak? Ya pastinya chiki dan permen.
TV dibanjiri iklan produk jajanan instan yang seolah-olah sangat tepat untuk anak-anak. Ditayangkan anak yang mengkonsumsi produk tersebut berpostur proposional dengan wajah imut menggemaskan. Orang tua yang menonton jadi terpacu membeli demi menyenangkan anak-anak. Harga produk terjangkau, rasa disukai anak dan mudah didapatkan.
Dalam Islam, kita diperintahkan bukan hanya memakan makanan yang halal, tapi juga makanan yang baik. Halaalan Thoyyiban, halal dan baik: ”Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” [An Nahl:114]. Artinya selain tidak memakan yang haram, kita juga harus makan makanan yang baik. Artinya tidak berbahaya bagi tubuh.
Jajanan dalam kemasan sangat gurih sehingga anak-anak ketagihan. Gurih dan sedapnya berasal dari MSG. MSG bisa mengakibatkan radang tenggorokan, gangguan otak, gangguan ginjal dan mual. Anak tetangga saya terkena radang tenggorokan dan cerita lainnya ada yang sampai opname di rumah sakit. Kandungan berbahaya lainnya pewarna, perasa dan pemanis buatan bahkan formalin, kalsium benzoat, sulfur dioksida, kalium asetat, asam sorbat untuk pengawet makanan. Padahal zat-zat tersebut bisa merusak ginjal dan menyebabkan kanker.
Ketua Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rachmat Sentika, mengatakan, sekitar 68 persen jajanan anak di sekolah memiliki kandungan bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks, dan rhodamin. Menurut Rachmat, efek negatif jajanan berbahaya itu akan terlihat dalam jangka waktu yang lama lalu muncul kerusakan pada ginjal serta gangguan tumbuh kembang anak.
Begitu juga pemanis buatan jenis aspartam, sakarin dan siklamat. Meski manis, ada rasa pahit di lidah. Sebagian ahli berpendapat bahwa bahan-bahan itu dalam batas tertentu masih aman dikonsumsi. Namun menurut temuan baru, zat-zat itu secara akumulatif dapat memicu leukimia, keterbelakangan mental pada anak, migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma,hipertensi, diare, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, kanker otak, kanker kantung kemih.

Maka dari itu, sebaiknya membuat sendiri makanan untuk keluarga. Jika Anda termasuk orang sibuk silakan memesan katering dari orang yang Anda percaya tidak memakai zat-zat berbahaya.
Jika memang anak minta jajan, batasilah sekedar susu, biskuit, wafer, dan coklat. Perhatikanlah agar jajanan tersebut tidak mengandung zat berbahaya. Jika anak memaksa makan mie instan, perbanyak kuahnya dengan bumbu separuh saja. Dan berpesanlah pada kakek dan nenek serta pengasuhnya agar berhati-hati memilih jajanan untuk si kecil.
Beberapa hari berikutnya Azmi pulang dengan sebungkus susu kedelai dalam tasnya. Saya SMS Bu Al bertanya, “Dari siapa susunya, Bu Al? Terima kasih atas susunya”. Bu Al membalas, “Ada acara makan bersama di PAUD. Susu kedelainya dengan GULA ASLI, Bu.” Saya tersenyum membacanya. Alhamdulillah saya dan bu guru sudah satu prinsip.

1 komentar: